News and Announcements

Selasa, 05 Maret 2019

Kompilasi Musikini Volume 1 : Bukti Kalau Semarang Punya Musisi Yang Penuh Potensi

Semarang - Ibarat mencari harta karun di dasar laut, perlu perjuangan dan keberanian untuk menjelajah dalamnya lautan. Perumpamaan itu
menjadi kredo pertama, ketika menggagas satu ide “liar” bernama Kompilasi MUSIKINI VOL.1.  Melalui permenungan dan “kenekatan” akhirnya harta karun itu tertemukan. Harta itu adalah 10 musisi yang ada di kompilasi ini. 

TAK PERNAH terpikirkan sebelumnya, bahwa apa yang awalnya sekadar obrolan warung kopi, akhirnya bergulir menjadi bola salju yang membesar. Semarang sebagai ibukota Jawa Tengah selalu ini masih sering dianggap sebagai “kota numpang lewat” oleh banyak promotor atau musisi berkelas nasional atau internasional. Kegelisahan melihat hal itu, membuat beberapa “orang gila” yang cinta musik, menggagas audisi untuk menemukan musisi yang  kelak diharapkan bisa jadi personifikasi kualitas anak Semarang. Dan akhirnya, kompilasi ini resmi dirilis Jumat (11/12).

“Saya banyak mendengar beberapa musisi di Jakarta berasal dari Semarang, tapi saya jarang menemukan talenta yang lahir di kota Semarang. Ketika kemudian diajak terlibat jadi juri dan menggarap proses produksinya, saya langsung antusias. Dan hasilnya mengejutkan, karena ternyata keren-keren!” kata Ully Dalimunthe, musisi senior Jakarta, yang juga music director kompilasi ini. 

Visi yang tidak kalah mentereng dijejalkan oleh Ausi Kurnia Kawoco, penggagas awal yang juga executive producer. Pria yang bekerja di Jakarta dan pernah ngeband di Semarang ini punya mimpi “menasionalkan Semarang” lewat musik. “Paling tidak, langkah kecil yang saya dan kawan-kawan lakukan ini bisa membuka mata kita, saat dilakukan dengan matang, serius dan bersahabat, musisi Semarang punya potensi yang harusnya melesat sejak dulu,” kata musisi “nanggung” yang kerap membetot bass ketika di panggung ini. 

Dua pendapat di atas, diaminkan oleh Djoko Moernantyo, jurnalis dan penulis buku musik di Jakarta. Menurut pria asli Semarang ini, selama hampir 20 tahun menjadi jurnalis musik di Jakarta, “nyaris” tidak ada band asal Semarang yang benar-benar jadi meteor. “Saya merasa berdosa ketika menyadari tidak banyak berbuat apa-apa untuk kota kelahiran saya, khususnya di musik. Ketika akhirnya menggagas kompilasi ini, semua hal yang saya tahu tentang industri musik, tertumpah semua,” celetuk pria asal Srondol Kulon yang dipajang sebagai co-producer. 

Kompilasi ini memang tidak tersegmentasi pada satu genre tertentu. Gado-gado mungkin istilahnya. Alasannya adalah: ini saatnya bergandengan tangan antar genre, bukan saatnya melambungkan fanatisme genre. “Akan sangat menggelikan, kalau masih ada musisi yang sombong dan merasa genrenya adalah yang paling hebat diantara genre lain,” imbuh Djoko.

Alhasil, Kompilasi MUSIKINI VOL.1 ini akhirnya disusupi Bello [pop], Rentdo [pop-rock], D’Jawir [dangdut], 2ND Clan [hip-hop], Adam Suraja [pop], Sunday Sad Story [metal hardcore], Giga of Spirit [Japanesse Rock], Distorsi Akustik [indie-pop], New Face New Wave [pop-punk], The Jaka Plus [pop-retro].Satu “harta karun” yang selama masih “tertimbun” di dasar laut.  Mereka mungkin bukan yang terbaik, tapi paling tidak yang paling siap dengan karya dan musikalitasnya. Selain itu, musisi-musisi di atas juga merasakan bagaimana membuat video klip secara baik dan profesional.  

“Banyak pengalaman baru yang saya dapat. Bagaimana bermusik dengan baik dan profesional, dan belajar menghargai musisi lain. Saya juga merasa di-uwongke ketika bergaul dengan genre lain yang nota bene fansnya sudah banyak,” aku Azali, vokalis D’Jawir, satu-satunya band dangdut yang masuk di kompilasi ini.  Pendapat Azali dimainkan oleh Almando Charles, gitaris Sunday Sad Story. “Senang bisabertemu dengan musisi-musisi hebat lainnya. Yang paling berkesan ketika ikut media coaching, jadi pengalaman pertama sejak band ini terbentuk,” papar personel band hardcore ini kalem. 

“Bergabung di kompilasi ini, membuat saya makin paham industri musik itu seperti apa. Apalagi penggagas-penggagasnya ternyata adalah senior-senior di industri musik yang tidak pelit berbagi pengalaman,” kata Alex Moniaga, vokalis Bello yang mengaku berkesan ketika menggarap video klip bareng sutradara Dedy Ginanjar Raksawardana. “Kang Dedy profesional dan sangattime schedule,” imbuhnya.

Yang penting dicermati adalah Kompilasi MUSIKINI VOL.1 ini tidak menciptakan komunitas baru, tapi mengajak komunitas lintas genre yang ada di Semarang untuk sama-sama guyub dan bersenang-senang menikmati musik. “Yang saya suka dan rasakan akhirnya, kami di kompilasi ini bisa sama-sama menikmati musik itu sendiri tanpa pusing genre apa yang dia dengar.  Siapapun kelak yang sukses, kami sepakat untuk memberi dukungan,” tegas Vico Yudha, vokalis Distorsi Akustik.

Akhirnya, visi penggagasnya untuk musisi Semarang, hanya akan jadi utopis semata, kalau tidak didukung oleh musisinya sendiri. Akhirnya juga tak sekadar jadi musisi berkelas nasional, tapi bagaimana berani bersikap, berani ambil pilihan, dan berani berkarya dengan jujur.  Dan Kompilasi MUSIKINI VOL.1 sudah memulai proklamasi visionernya.  Berani?

TENTANG KOMPILASI MUSIKINI VOL.1
Digagas oleh Ausi Kurnia Kawoco, salah satu pecinta musik asal Semarang bersama Djoko Moernantyo, wartawan musik nasional asal Semarang, kompilasi ini menjaring band-band local dengan melibatkan musisi dan jurnalis musik nasional di Jakarta. Audisi dari Januari – Maret 2015 melahirkan 10 band yang masuk dalam kompilasi [yang akhirnya] bernama Kompilasi MUSIKINI VOL. 1.  10 band itu kemudian melakukan recording ulang dengan music director Ully Dalimunthe [MD-nya Dewi Sandra, Ari Lasso, Bunglon, Anang Hermansyah, Debrur, Ziva, dll] yang bekerjasama dengan Adi Oebant di Strato Studio Music Semarang. Melibatkan semua genre, kompilasi ini merangkul banyak pihak untuk menjadi salah satu kompilasi yang layak diperhitungkan dan tidak dikerjakan dengan setengah-setengah.



Sumber rilis berita : http://www.mnctrijaya.com/mobile/news/detail/10650/kompilasi-musikini-vol.-1-dirilis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Distorsi Akustik

Distorsi (overdrive) yang bersinergi, melangkah selaras dengan Akustik (clean) dalam ruang bunyi gitar, tak ubahnya dunia. Bisingpun juga sepi.

"Distorsi Akustik" band Semarang since 2007

Contact for Bussines : WA | 085-739-335-978 |