News and Announcements

Selasa, 05 Maret 2019

Distorsi Akustik: Pu7i Utomo

Band post grunge/indie pop asal Semarang, Distorsi Akustik, akhirnya resmi merilis karya fisik untuk
album perdananya bertajuk “Pu7i Utomo”. Terbentuk pada tahun 2007, kelompok musik yang saat ini digawangi oleh Viko (Vokal/Synth), Hersa (Gitar), Bahar Syafei (Gitar), Taufik (Bass), dan Ragil pada drum ini mempersembahkan album musik tersebut sebagai penghormatan terhadap almarhum gitaris mereka, Puji Utomo, yang terlebih dahulu meninggal sebelum album ini dirilis. Sepintas saat membaca tajuk album ini, mungkin akan mengarah kepada hal yang ‘alay’. Ternyata bukan, mereka bukan anak trendi era 2000an yang menggunakan aksara alfanumerik. Penggunaan angka 7 dalam album ini sendiri dimaknai secara filosofis tentang lamanya proses penciptaan dunia serta filsafat lokal tentang ketujuh hari dalam seminggu. Sangat filosofis, namun bagaimanapun setiap orang tetap dapat menginterpretasikannya masing-masing. Album Pu7i Utomo sendiri sebenarnya telah dirilis melalui netlabel Valetna Records pada 7 Februari 2015 silam. Sementara untuk album fisiknya sendiri baru didistribusikan setelah mereka melangsungkan tur bertajuk “Piknik Akhir Pekan” pada bulan Agustus kemarin.
Seperti yang tertera pada tajuk album dan berbagai filsafat yang terkandung di dalamnya, album ini memiliki 7 buah materi dengan komposisi easy listening namun sangat pedas di tiap liriknya. Ya, meski album ini tak segarang musik punk, grindcore, metal dan sebagainya, namun konten dalam album tersebut tak kalah kritis. Setelah di Semarang memiliki berbagai diskografi salah satunya album yang berjudul “Catatan Dari Sudut Kota” milik band grindcore Provokata, yang mana di album tersebut berisi lirik-lirik puitis, satir, dan berbahaya, Distorsi Akustik pun juga tak kalah dalam menyampaikan makna serupa. Dibalut dengan komposisi pop yang cacthy, lirik satir dan kritis tadi menjadi lebih renyah untuk dinikmati. Distorsi Akustik banyak terpengaruh dengan pembawaan musik seperti Coldplay, U2, Sigur Ros, dan semacamnya. Mengkomposisikan nada-nada harmonis dengan sedikit sentuhan noise/ambient. Entah disebut apa, namun tetap asik mendengarkan album ini sambil bersantai di tengah medan perang. Dalam album ini, Distorsi Akustik juga mengajak salah seorang pentolan band asal Semarang yang tersohor pada eranya, Farizka Haryanto (Lost In Coma), yang saat ini juga tergabung dalam proyek musik terbarunya, Arrogant, untuk bergabung mengisi vokal latar di salah satu lagu Distorsi Akustik.
Konten dalam album Pu7i Utomo sendiri banyak mengangkat isu-isu sosial, salah satunya seperti yang terangkum pada lagu berjudul “A Man Who Called Eve” yang meneriakan tentang diskriminasi dan intimidasi kaum LGBT. Namun secara garis besar, permasalahan seputar norma agama menjadi hal pelik yang diangkat ke dalam album ini. Seperti pada nomor pembuka berjudul “Genesis 2:3”, “Sendiriku”, “Penjara Kebisingan Kota”, “Euphoria Surga” serta “Mesin Pemahat Waktu”. Pada nomor-nomor tersebut sangat kental akan pesan moral dan religiusitas yang nyata dialami oleh sebagian besar kehidupan masyarakat modern sekarang. Saat nilai luhur dan toleransi mulai luntur dalam kehidupan bermasyarakat, Distorsi Akustik ingin menciptakan sendiri ruang harmonis antar umat beragama lewat album ini. Tatkala, potongan ayat Matius 27:46 serta Dzikir pun turut berkumandang di beberapa materi yang ada dalam album tersebut. Pada materi berjudul “Euphoria Surga” pun berisi sebuah kritik terhadap kaum puritan dan fundamentalis agama yang keblinger dengan dalil-dalil yang mereka tafsirkan semau jidat.
Untuk ukuran album perdana berdurasi kurang lebih 30 menit, nampaknya pendengar sudah cukup puas menikmati karya musik ini. Pembawaan serta permainan musik yang ‘aman’ masih memungkinkan masyarakat umum menerima karya tersebut, namun nampaknya hal ini bisa menjadi senjata untuk melancarkan beberapa ‘serangan’, terlebih dengan lirik-lirik kritis, satir, dan pedas dalam album ini dapat pula digunakan untuk membangun opini massa ke arah yang lebih baik. Namun tidak seperti musik cadas yang menggunakan unsur vokal yang kasar, musik pop pastinya menggunakan teknik vokal yang jernih sehingga tiap komponen lirik dan syair yang diucap akan terdengar jelas. Yang jadi kendala adalah bagaimana caranya menggiring massa untuk berpikir terbuka dengan apa yang terucap dari tiap penggalan lirik tersebut, karena selain memberi makna positif, pun dapat memberi kesan negatif dari beberapa sudut pandang orang tertentu. Maka, mungkin akan diperlukan sebuah platform penunjang seperti ekplanasi lirik atau media lain yang difungsikan sebagai alat penyampaian makna dari apa yang terkandung dalam materi-materi tersebut karena meski musikalitas album ini terkesan enteng, namun sangat berat dari sisi filosofis. Cover album yang menarik serta packagingyang kokoh nan berkelas berhasil menjadi nilai jual. Namun masih sangat disayangkan bahwa penggandaan album ini menggunakan CD-R, yang mana akan berpengaruh pada output lagu. (Af)
Pu7i Utomo
Band: Distorsi Akustik
Release Date: February 2015/August 2016
Record Label: Valetna Records (netlabel)/-
Track:
  1.  Genesis 2:3
  2.  A Man Who Called Eve
  3.  Sendiriku
  4.  Penjara Kebisingan Kota
  5.  Euphoria Surga
  6.  Merekam Kenangan
  7.  Mesin Pemahat Waktu

Sumber rilis berita : https://www.semarangonfire.com/2016/09/distorsi-akustik-pu7i-utomo/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Distorsi Akustik

Distorsi (overdrive) yang bersinergi, melangkah selaras dengan Akustik (clean) dalam ruang bunyi gitar, tak ubahnya dunia. Bisingpun juga sepi.

"Distorsi Akustik" band Semarang since 2007

Contact for Bussines : WA | 085-739-335-978 |