Band post grunge/indie pop asal Semarang, Distorsi Akustik, akhirnya resmi menelurkan rilisan fisik berbentuk sebuah
extended play cd album dengan tajuk Pu7ie Utomo. Band yang awalnya bernama Left Wing, terbentuk sejak tahun 2007 lalu sempat berganti-ganti nama serta personil. Mereka mengambil filosofi bunyi antara sound distorsi dan clean pada gitar sebagai pemaknaan nama band. Semacam keyakinan, bahwa yang bising, sebenarnya bisa juga dimaknai sebagai sebuah kesepian. Cd yang dirilis secara mandiri dan resmi dirilis tanggal 12 Agutus 2016 ini berisikan 7 track yang kental dengan pengaruh dari band-band semacam U2, Sigur Ros, Smashing Pumpkins dan juga Mew.

Judul Pu7ie Utomo adalah semacam penghormatan terhadap almarhum gitaris mereka yang meninggal dunia sebelum album ini rampung dirilis. Ada sebuah lagu khusus didedikasikan kepada almarhum berjudul “Mesin Pemahat Waktu”, terurut sebagai track terakhir pada rilisan ini. Sementara penggunaan angka 7 sendiri mempunyai makna filosofis tentang penciptaan dunia dan juga filsafat lokal yang mengatakan bahwa jumlah hari itu sejatinya ada 7. Materi dalam rilisan ini direkam di 3 studio yang berbeda dan menjalani proses mixing serta mastering oleh Didi ‘Komplonk” di Twins Demons/Morbidust music studio dan Nada Studio. Walau kental balutan pop di sekujurnya, jangan kalian berharap menemukan lirik manis mendayu. Lirik-lirik dalam rilisan ini kritis, pemilihan diksi yang kuat tapi terkontrol hingga pesan mampu tersampaikan ketika pengalaman mengapresiasi rilisan ini terselesaikan. “Banyak hal yang tidak baik-baik saja di sekitar kita, dan yang membuat sedih adalah, kita sering membiarkannya. Kami hanya berusaha memberi peringatan tentang hal tersebut melalui lagu-lagu kami. Itulah mengapa lirik lagu, bagi kami, adalah hal yang paling penting.” Viko sang vokalis menjelaskan hal tersebut.

Membentang konten lirik dari tema perlawanan terhadap marjinalisasi kaum LGBT hingga kritik satir terhadap para fundamentalis agama, karena agama tak seharusnya jadi fasis dan kalian tentu segera tahu, hal sekrusial apa yang berusaha mereka kritisi melalui musik mereka. Dan begitulah Distorsi Akustik memaknai pop yang mereka bawakan. “Distoleransi adalah penyakit masyarakat yang paling besar, menggerogoti di setiap lini. Kami hanya ingin berkontribusi terhadap mimpi-mimpi tentang perwujudan peradaban yang lebih baik, yang lebih bijaksana. Anak cucu kelak tentu membutuhkan hal tersebut.” Bahar, sang gitaris menambahkan. Mereka telah memulai beberapa tour ke beberapa kota untuk mempromosikan album ini. Terhitung beberapa waktu yang lalu Distorsi Akustik menyambangi kota Batang, Pekalongan, Tangerang dan Bekasi. Penjualan album juga telah berjalan, band ini memutuskan untuk menyumbangkan beberapa persen dari total penjualan CD dan merchandisenya untuk beberapa panti asuhan yang ada di Semarang, Jakarta, Bandung dan Klang Selangor, Malaysia lewat relasi disana. Distorsi Akustik juga berharap dengan kemunculan album-album musik yang dirilis dalam bentuk fisik seperti ini, akan membuat skena musik di Semarang semakin aktif. “Setiap band seharusnya mulai berpikir membentuk prasasti bagi proses kreatif yang telah mereka jalani. Prasasti adalah penanda waktu sekaligus rekam jejak. Selain itu, musik sebenarnya bisa menjadi media yang membangun opini massa. Dan rilisan fisik juga membantu generasi esok hari mendengar apa yang coba kita suarakan.” ujar Viko di sela persiapan Distorsi Akustik menjalani tour mereka ke kota Batang, Pekalongan, Tangerang dan Jakarta. Dalam waktu dekat, Distorsi Akustik merencanakan sebuah mini event untuk launching dan sekaligus promo EP Pu7i Utomo di Semarang yang detail waktu dan tempatnya akan segera diumumkan.

Single :
– A Man Who Call Eve 2012 – Valetna Records
– Genesis 2:3 – Korvustronik Label 2014 (Lisbon, Portugal)
– Genesis 2:3 (remix verse) – LCL netabel 2014 (France)
– Mesin Pemahat Waktu – Valetna Records 2015
– A Man Who Called Eve – Musikini 2016
– Demo – Tuhan baru bernama GADGET 2017

Kompilasi :
– Kompilasi Out Of the Box -Girez Records 2011
– Kompilasi Pure Noise Pure Shit – Magelang Grunge 2012
– Kompilasi We Are Grunge – MindBlasting Records 2013
– Kompilasi Grunge Not Dead – Jakarta Grunge 2013
– Kompilasi ambient/intrumental/postrock ASEAN “Being A Ligth to the World” – Thailand 2014
– Kompilasi Grunge 5 Negara “Terpasung Bising” – MindBlasting Records/Semarang Grunge 2014
– Kompilasi Peniti – Peniti 2014
– Kompilasi Contra A Vandaliza Da Natureza – Korvustronik Label (Lisbon, Portugal) 2014
– Kompilasi Anthem To Fucker – Muthafucka Records 2015
– Kompilasi Brainstorming – Valetna Records 2015
– Kompilasi Musikini – Musikini Semarang 2015
– Kompilasi Grunge Indonesia – Bekasi Street Grunge 2016
Listen to Euphoria Surga (Demo) by distorsi akustik


========================================================================

Sumber rilis berita : http://mavemagz.com/distorsi-akustik-merilis-album-bertajuk-pu7ie-utomo.html